BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
agama Islam (PAI) adalah
suatu pelajaran yang sangat penting dalam suatu sekolah.PAI merupakan mata
pelajaran yang biasa menjadi pemandu dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada suatu sekolah.Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran PAI memiliki
manfaat dalam mengembangkan sikap spiritual peserta didik, sehingga menjadikan
PAI sebagai mata pelajaran yang harus diperhitungkan keberadaannya.
Pendidikan
agama Islam dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk
peserta didik agar menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,budi pekerti, dan
moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai
individu, dan nilai-nilai sosial.
Sebagaimana yang digambarkan Allah
SWT dalam firmannya Q.S. At-taubah/9:
122.
Terjemahan :
“…Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Namun
kenyataannya, banyak peserta didik sulit mempelajari mata pelajaran PAI. Setidaknya ini dilihat
dari hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik masih memprihatinkan, sehingga
belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didikbelum ada
peningkatan sama sekali dengan mata pelajaran PAI.
SD
Inpres 4/82 Manera
merupakan salah satu sekolah yang berada
di Kota Watampone Desa Manera kecamatan Salpmekko.
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa proses pembelajaran di
sekolah ini masih menggunakan pembelajaran tradisional, yaitu guru hanya
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan metode demonstrasi. Pada proses
pembelajaran PAI masih banyak peserta didik yang tidak aktif dalam proses
pembelajaran di kelas, hanya sebagian kecil yang cukup pintar dan aktif di
kelas. Selain itu, masih sedikit peserta didik yang berani bertanya kepada guru
perihal pelajaran yang belum dipahaminya.
Salah
satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik secara aktif
adalah dengan menggunakan model
pembelajaranmake a-match. Dalam
model pembelajaranmake a-match ini, peserta didik harus
mencari pasangannya baik terkait dengan jawaban maupun dengan soalsehingga peserta
didikdapat mengembangkan hubungan sosial bersama dengan teman-temannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM (PAI) PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD INPRES 4/82 MANERA KECAMATAN
SALOMEKKO KABUPATEN BONE”.
B.IDENTIFIKASI
MASALAH
Memperhatikan situasi diatas, kondisi yang ada saat ini adalah
- Pembelajaran PAI masih monoton
- Guru lebih aktif dari pada peserta
didik
- Metode yang digunakan masih bersifat
tradisional
- Belum ada kolaborasi antara guru dan peserta
didik
- Rendahnya prestasi peserta
didikdalam mata pelajaran PAI
C.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.
Bagaimana penerapan model pembelajaranmake a-match dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi Pendidikan Agama Islam ?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaranmake a-match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam?
D. CARA MEMECAHKAN MASALAH
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam
PTK ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaranmake a-match. Dengan model pembelajaranini diharapkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI meningkat.
E.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan
dari uraian diatas maka penelitian ini direncanakan terbagi dalam 2 siklus,
setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflection).Melalui kedua siklus
tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1.
Dengan diterapkannya model
pembelajaran make a- matchdapat
mengurangi kebosanan serta kejenuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan agama
islam di SD Inpres 4/82 Manera.
2.
Dengan diterapkannya model
pembelajaran make a- matchdapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SD Inpres 4/82 Manera.
F.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
a.
Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan
model pembelajaran make a-matchdapat meningkatkan hasi belajar peserta didik pada
materi Pendidikan Agama Islam (PAI).
b.
Untuk mengetahui cara penerapan pembelajaran dengan model make
a-matchdalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI).
2.Manfaat Penelitian
Dalam
penelitian ini,dapat diperolehbeberapa
manfaat yaitu :
a.
Bagi peneliti :Untuk
mengetahui seberapa besar keberhasilan
guru dalam mengajarkan
materi ini dan menggunakan model pembelajran make
a-match.
b.
Bagi peserta
didik :Proses balajar mengajar dapat
menjadi menarik dan meyenangkan serta hasil belajar Pendidikan Agama Islam
(PAI) dapat meningkat.
c.
Bagi lembaga :Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar
peserta didik pada materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Belajar dan Hasil Belajar
1. Pengertian
Belajar
Belajar
menurut Gagne dalam bukunya The
Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan yang
diperlihatkan dalam perubahan tingkahlaku, yang keadaannya berbeda dari sebelum
individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang
serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.
Berbeda dengan perubahan serta merta akibat reflex atau perilaku yang bersifat
naluriah.
(http://belajarpsikologi.com/pengetian-belajar-menurut-ahli/) di akses pada tanggal 18 februari 2014
Menurut
Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories
of Learning 1975dalam ( Sutikno dan
Fathuhrrohman, 2010:5) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu tidak dapat dijelaskan atau
dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang.
Adapun Gredler dalam
(Abdul Haling,2007: 2) mengemukakan bahwa: “belajar adalah proses memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Ada juga yang mendefinisikan bahwa
belajar adalah berubah”.
Sedangkanmenurut Morgan
dalam (Agus Suprijono,2013:3) berpendapat bahwa Learning is any relatively
change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
Belajar
sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam prakteknya banyak dianut. Guru
bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan peseta didik giat mengumpulkan atau menerimanya.
Sardiman (2010: 20) mengutip beberapa defenisi
tentang belajar antara lain sebagai berikut:
a. Cronbach
memberikan defenisi: Learning is show by a change in behavior as a result of
experience.
b. Harol
Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to
try something themselves, to listen, to follow direction.
c. Geoch
mengatkan: Learning is a change in performance as a result of practice.
Dari ketiga
defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dll.
Slameto (2002:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan
yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya
karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan
perubahan dalam arti belajar.Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku peserta
didik dalam belajar yaitu:
- Perubahan
yang terjadi secara sadar
- Perubahan
dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
- Perubahan
dalam belajarpositif dan aktif
- Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara
- Perubahan
dalam belaja bertujuan atau terarah
- Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Adapun menurut Suryabrata dalam Devi
Anita Sari, (2011: 138),belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan
perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan,
dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat membawa perubahan
tingkah laku pada diri seseorang menjadi lebih baik, terutama dari segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang merupakan hasil dari pengalaman.
2. Pengertian
Hasil Belajar
Jika
dikaitkan belajar dengan hasil belajar maka, S. Nasution dalam Kunandar
(2012:276)mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.
Adapun Abdurrahman (2012:29) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.Hasil belajar
tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor
yang berasal dari lingkungan.Sejalan dengan itu, Murshell dalam (Devi Anita
Sari, 2011: 191) mengatakan bahwa hasil belajar yang tahan lama dan siswa dapat
menggunakannya dalam hidupnya merupakan indikator pembelajaran efektif.
SedangkanBloom dalam (Agus suprijono,2013:6),mengemukakan bahwa:
Hasil belajar mencakup kognitif, afektif, dan
psikomotor.Domain kognitif adalah knowledge(pengetahuan,ingatan), comprehension(pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application(menerapkan), analysis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation(menilai).
Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding
(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory,
pre-routine, danroutinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik, fisik, social, manajerial dan intelektual.
Hal ini
senada juga dikemukakan oleh Harianto dalam( Devi Anita Sari,2009: 2) bahwa:
Hasil belajar dibagi menjadi tiga kawasan
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan,
pengetahuan, kemampuan intelektual, dan keterampilan.Kawasan afektif
menggambarkan sikap, minat pengetahuan, dan penyesuaian diri yang
memadai.Kawasan psikomotor adalah kemampuan mengaitkan dan mengkoordinasikan
gerak.
Menurut
Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar,
sedangkan prestasi belajaritu nerupakan indicator adanya derajat perubahan
tingkah laku peserta didik.
Sedangkan
(Dimyanti dan mudjiono, 2002:36) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunujukkan
dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
Faktor
yang mempengaruhi belajar pada dasarnya akan mempengaruhi hasil belajar peserta
didik. Menurut Nana Sudjana (2011:39), ada dua faktor utama yang mempengaruhi
hasil belajar peserta didik yaitu:
- Faktor dari dalam diri peserta
didik, yaitu
faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor-faktor
yang dimiliki siswa sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar
yang dicapai.
- Faktor dari luar diri peserta
didik, yaitu
faktor lingkungan. Baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakat.
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan
materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
B. Metode
Make A-Match
1. Pengertian
Model Pembelajaran Tipe make a-match
Model pembelajaran tipe make
a-matchartinya
model pembelajaran Mencari Pasangan. Setiap peserta
didik
mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban),lalu secepatnya mencari pasangan
yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajaran dalam model
pembelajaran make a- matchakan riuh,
tetapi sangat asik dan menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu penggunaan model pembelajaranmake
a-match.
Hal ini merupakan salah satu ciri dari
pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Lie (2202:30) bahwa
pembelajran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan yaitu: saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Model pembelajaran make
a-matchpertama
kali dikembangkan oleh Lurna Curran (1994), salah satu keunggulan dari model
pembelajran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajarmengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Menurut Rusman dalam Riske Susanti (2011:
14) mengatakan bahwa salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasanan
yang menyenangkan,
Guna meningkatkan hasil belajar
peseta didik dikelas, guru menerapkan Model pembelajaran tipe make
a-match.
Model pembelajaran tipe make a-matchatau mencari pasangan merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta
didik.
Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari tekhnik yaitu mencari pasangan
kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya.peserta
didik
yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
2.
Prosedur Model Pembelajaran Kooperatf Tipe Make A-match
Langkah-langkah pembelajran make
a-matchsebagai
berikut:
- Guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review,
sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
- Setiap
peserta didik mendapat satu buah kartu.
- Tiap
peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
- Setiap
peserta didik mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Artinya peserta
didik
yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’ maka harus mencari pasangan yang
memegang kartu ‘ jawaban soal’ secepat mungkin. demikian juga sebaliknya.
- Setiap
peserta didik yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
- Setelah
satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta
didik
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
- Demikian
seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua peserta
didik.
- Kesimpulan/penutup.
(http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajran-kooperatif-make-a-match/ ) diakses pada tanggal 18 februari
2014.
3.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajran Make A-Match
Rusman (Riske Susanti :15 ), Adapun kelebihan dari model
pembelajran tipe make a-matchadalah:
- Peserta didik terlibat langsung
dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.
- Meningkatkan kreatifitas
belajar peserta didik.
- Menghindari kejenuhan peserta
didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
- Pembelajaran lebih
menyenangkankarena melibatkan media pembelajran yang dibuat oleh guru.
Adapun
kekurangan dari model pembelajran tipe make
a-matchadalah
:
- Sulit bagi guru untuk
mempersiapkan kartu-kartu yang baikdan bagus sesuai dengan materi
pelajaran.
- Sulit mengatur ritme atau
jalannya pembelajaran.
- Peserta didik kurang menyerapi
makna pembelajran yang ingin disampaikankarena siswa merasa hanya sekedar
bermain saja.
- Sulit untuk membuat peserta
didik untuk berkonsentrasi.
C. Pendidikan
Agama Islam
Agama memiliki peran amat penting
dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,
yang ditempuh melalui pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada
optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan
agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan,penghayatan
dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1.
Pengertian
Pendidikan Agama Islam
Banyak orang
merancukan pengertian Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam. Kedua
istilah ini dianggap sama, sehingg ketika orang berbicara tentang pendidikan
Islam ternyata isinya terbatas pada Pendidikan Agama Islam, atau sebaliknya
ketika seseorang berbicara tentang Pendidikan agama Islam justru yang dibahas
di dalamnya adalah pendidikan Islam. Padahal kedua istilah tersebut memiliki
substansi yang berbeda.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (2003:2) menyatakan bahwa :
“ Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa pendidikan adalah "usaha
sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan."
Sedangkan Ihsan mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.
Sedangkan Ihsan mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.
Ali ( 1995: 139) juga
menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah sebagai proses penyampaian informasi
dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari
kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu memelihara hubungannya
dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung
jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, (termasuk dirinya sendiri dan lingkungan
hidupnya).
Secara
terminologis menurut al-Nahlawi sebagaimana yang dikutip oleh ( Nur Uhbiyati,
1998:9)bahwa pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat yang
karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
Dari batasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta
didik) agar dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologis atau gaya
pandang umat islam selama hidup di dunia.
Adapun pengertian lainpendidikan agama Islam secara alamiah
adalah manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal,
mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini
diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan
manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di
atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmani juga harus berlangsung secara
bertahap oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan dan pertumbuhan dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses
demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing
sekaligus mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan
kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik
terhadap Allah Swt ( hablumminallah) sesama manusia (hablumminannas), dirinya
sendiri dan alam sekitarnya.
Adapun Tafsir dalam Muhaimin, (2010: 6) membedakan
antara Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan Pendidikan Islam. PAI dibukukan
sebagai nama kegiatan mendidikkan Agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran
seharusnya dinamakan “Agama Islam” karena yang diajarkan adalah Agama Islam, bukan
Pendidikan Agama Islam.Nama kegiatannya atau usaha mendidikkan agama Islam
disebut sebagai pendidikan Agama Islam. Sedangkan Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang
ideal.
Menurut Muhaimin (2003:6), bahwa pendidikan Agama Islam
merupakansalah satu bagian dari pendidikan Islam. Artinya pendidikan Islam merupakan
sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan niat menyatukan
ajaran Islam dengan nilai-nilai Islam dalam kegiatan Pendidikannya.
Sedangkan Ramayulis
(2012: 21) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan,
serta penggunaan pengalaman.
Adapun Zakiah
Daradjat menyimpulkannya sebagaimana dikutip oleh Risnawati (2010: 9 ), yaitu:
a. Pendidikan
agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran islam
serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way
of life).
b. Pendidikan
agam islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam.
c. Pendidikan
agama islam adalah pendidikan mealui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai
dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamlkan ajaran-ajaran
agama islam yng telah diaykininya secara menteluruh, serta menjadikan ajaran
agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun diakherat kelak.
2.
Tujuan
Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama
Islam disekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim
yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Zakiah Daradjad
dalam metodik Khusus Pengajaran Islam mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama
Islam sebagai berikut: yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang
mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga
tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka
mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akherat. Yang dapat dibina melalui
pengajaran agama yang intensif dan efektif.(http://stittaqwa.blogspot.com/2011/11/pengertian-dasar-fungsi-ruang-lingkup.html
) diakses pada tanggal 18 februari 2014.
3.
Ruang
Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,keselarasan dan keseimbangan antara
:
- Hubungan
manusia dengan Allah swt
- Hubungan
manusia dengan sesame manusia
- Hubungan
manusia dengan dirinya sendiri
- Hubungan
manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya
Adapun ruang
lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur pokok,
yaitu:
a. Al-Qur’an
b. Aqidah
c. Syari’ah
d. Akhlak
e. Tarikh
Pada tingkat SD
penekanan diberikan kepada 4 unsur pokok yaitu: keimanan, ibadah, al-Qur’an.
Sedangkan pada sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) disamping keempat unsur pokok diatas maka unsur pokok Syariah
semakin dikembangkan.Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap
satuan pendidikan.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
Setting
dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus
PTK sebagai berikut:
1.
Tempat
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Inpres 4/82 Manera kecamatan Salomekko kabupaten Bone.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakn pada tahun ajaran 2014/2015
semeseter II yaitu dimulai pada bulan Januari
sampai dengan bulan maret 2015.Penentuan
waktu penelitian ini mengacu pada kalender pendidikan akademik disekolah.
3.
Siklus
PTK
PTK
ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
dalam meningkatkan mata pelajaran PAI melalui model pembelajran make
a-match
B.Subjek
Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SD kelas IV tahunpelajaran
2014/2015 yang terdiri dari 16
peserta didik, 7 laki-laki dan 9 perempuan.
C.Fokus Penelitian
Adapun
fokus penelitian dalam PTK ini yaitu meningkatkan hasil belajar peserta didik
dengan menggunakan model pembelajaran make
a-match pada
materi zikir dan doa setelah salat SD Inpres 4/82 Manera kecamatan Salomekko kabupaten Bone tahun pelajaran 2014/2015.
D.Sumber
Data
Sumber
data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu siswa, guru, dan
kolaborator.
1.
Siswa
Untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
2.
Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan impelementasi pembelajaran model
koopertaif dengan model pembelajran make
a-match.
- Teman Sejawat
Kolabortor
dimaksudkan sebagai sumber datauntuk melihat implementasi PTK secara komperhensif
baik dari siswa maupun dari guru.
E.Tekhnik Pengumpulan data
Data
dari hasil penelitian dikumpulkan dengan menggunakan tekhnik sebagai berikut:
1. Tes,
dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa yang berupa
butir soal.
2.
Observasi, dipergunakan
untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siwa dalam proses belajar mengajar
dan implementasi model
pembelajran make a-matchmelalui
pengamatan langsung.
3. Dokumentasi,digunakan untuk mendapatkan data
tentang hasil belajar kondisi awal siswa yaitu berupa daftar nilai/laporan
penilaian, pengolahan dan analisis hasil belajar siswa
F.Instrumen Penelitian
Adapun instrument yang digunakan
pada PTK ini yaitu :
1.
Lembar Tes
2.
Lembar observasi
G. Tekhnik
Analisis Data
Adapun tekhnik analisis data yang digunakan dalam
PTK ini adalahAnalisis kualitatif deskriptif yaitu analisis
yang menekankan pada pembahasan data-data dan subjek penelitian dengan
menyajikan data-data secara sistematik dan tidak menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis
kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar Pendidikan
Agama Islam (PAI) siswa. Analisis ini meliputi nilai rata-rata dari nilai
ulangan harian siswa,nilai tugas dan PR,nilai maksimum, nilai minimum, dan skor
ideal.Selain itu, analisis kualitatif deskiptif digunakan untuk mendeskripsikan
hasil belajar siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan respon
siswa selama pembelajaran.
H. Indikator Keberhasilan
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator
keberhasilannya adalah peningkatan hasil belajar dari kurang baik menjadi baik.
Peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pendidikan Agama islam mencapai
kriterian ketuntasan minimal (KKM) 75 secara individu.
Ketuntasan
belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang telah mencapai KKM.Seorang siswa
dikatakan telah mencapai ketuntasan individual, apabila siswa tersebut memiliki
nilai paling sedikit 75per individu dan 80 untuk klasikal dari skor ideal 100
sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh pihak
sekolah
I.Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan minimal sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri atas
2 kali pertemuan (4 x 35 menit) yaitu 1 kali pertemuan untuk tatap muka dan 1
kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar. Perubahan tindakan dilakukan pada
setiap siklus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.Pelaksanaan penelitian
untuk kedua siklus adalah sebagai berikut.
1. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali
pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4 x 35 menit)
dengan materi pelajaran Zikir setelah salat.
2. Siklus
II dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan, sebanyak 4 jam pelajaran (4x35 menit)
dengan materi pelajaran Doa setelah salat.
SIKLUS I
1.
Perencanaan ( Planning)
a.
Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada peserta didik (menetukan pokok bahasan,mengembangkan skenario
pembelajaran)
b.
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c.
Membuat lembar kerja siswa (LKS)
d.
Membuat instrument yang digunakan dalam PTK
e.
Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2.
Pelaksanaan Tindakan ( Action )
Tahap
ini meliputi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajran make
– a match yang dilakukan berdasarkan RPP yang
telah dibuat disertai dengan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan
sebelumnya, yaitu kartu
soal dan jawaban, dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I
dan II, lembar observasi belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan,
antara lain sebagai berikut.
a.
Menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario.
b.
Menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran.
c.
Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap materi yang diajarkan.
d.
Melakukan pengamatan
3.
Pengamatan ( Observation)
Tahap
observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan oleh observer, yaitu teman sejawat dengan cara mengisi
lembar observasi.
4. Refleksi (
Reflection )
Refleksi
dilakukan pada akhir siklus.Hasil yang diperoleh pada tahap observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis.Hasil analisis siklus pertama inilah yang
dijadikan acuan penulis untuk merencanakan siklus kedua.
a. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti,
sedangkan yang sudah baik dipertahankan atau ditingkatkan, sehingga hasil yang
dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan
hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
b.
Melakukan analisis data yang telah terkumpul dalam tahap pengamatan
c.
Selanjutnya diteliti mana kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta
didik dan selanjutnya melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
SIKLUS
II
Seperti halnya siklus I, siklus II
terdiri dari perencanaan,pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dengan
mengadakan beberapa perbaikan sesuai dengan kekurangan yang ditemukan pada
siklus I. Pada siklus II ini juga dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Adapun tahap-tahap pelaksanaannya antara lain :
1.
Perencanaan (Planning)
Membuat rencana pembelajaran berdasarkan siklus
pertama. Artinya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
2.
Pelaksanaan tindakan ( Action )
Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajran make a-match
berdasarkan rencana pembelajaran dan hasil siklus I.
3.
Pengamatan ( Observation )
Pada
dasarnya tahap observasi pada siklus dua ini sama dengan observasi yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Peneliti mencatat semua temuan dengan perubahan yang
terjadi pada siswa serta melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa pada akhir tindakan
siklus II.
4.
Refleksi (reflection)
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan membuat
kesimpulan tentang model
pembelajran make a-matchyang digunakan dalam peningkatan hasil belajar peserta
didik pada materi tersebut dengan cara memperbaiki tindakan siklus tersebut.
J. Jadwal Penelitian
NO
|
KEGIATAN
|
BULAN
|
|||||||||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
||||||||||||
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Penyusunan Proposal
|
||||||||||||||
2
|
Perencanaan siklus I
|
||||||||||||||
3
|
Pelaksanaan siklus I
|
||||||||||||||
4
|
Observasi I
|
||||||||||||||
5
|
Analisis dan Refleksi I
|
||||||||||||||
6
|
Perencanaan siklus II
|
||||||||||||||
7
|
Pelaksanaan siklus II
|
||||||||||||||
8
|
Observasi II
|
||||||||||||||
9
|
Analisis dan refleksi II
|
||||||||||||||
10
|
Penyusunan laporan
|
||||||||||||||
11
|
Seminar Hasil
|
||||||||||||||
LEMBAR PENILAIAN TES HASIL BELAJAR (KOGNITIF)
SDN Gunung Sari II Rappocini Makassar
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/semester : IV / II
Tahun Pelajaran
: 2014/2015
Materi :
ZIKIR DAN DOA SETELAH SALAT
No
|
Nama Siswa
|
SKOR
|
NILAI
|
KETUNTASAN
|
Tindak Lanjut
|
||
T
|
TT
|
R
|
P
|
||||
1
|
|||||||
2
|
|||||||
3
|
|||||||
4
|
|||||||
5
|
|||||||
6
|
|||||||
7
|
|||||||
8
|
|||||||
9
|
|||||||
10
|
|||||||
11
|
|||||||
12
|
|||||||
13
|
|||||||
14
|
|||||||
15
|
|||||||
16
|
|||||||
Jumlah
|
|||||||
Rata-rata
|
|||||||
LEMBAR
OBSERVASI SISWA KELAS IV
DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SDN GUNUNG SARI DUA KECAMATAN RAPPOCINI MAKASSAR
Nama Sekolah : SDN
Gunung Sari II
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/semester :
IV / II
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
No
|
Nama
|
Aspek
yang dinilai ( 1-4 )
|
Skor
perolehan
|
Nilai
|
KET
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||||
1
|
Muh.
Reza
|
|||||||||||
2
|
Rifaldi
|
|||||||||||
3
|
Ananda
Saputra
|
|||||||||||
4
|
M.Irgi
|
|||||||||||
5
|
Muh.
Ilham
|
|||||||||||
6
|
Muh.Syamhari
|
|||||||||||
7
|
Muh.Norpebriansyah
|
|||||||||||
8
|
Adrian
Maulana
|
|||||||||||
9
|
Amin
Miftahul Khair
|
|||||||||||
10
|
Puja
pratiwi
|
|||||||||||
11
|
Nor
Ramadani
|
|||||||||||
12
|
Nadya
nurfadillah
|
|||||||||||
13
|
A.Nurul
Inayah
|
|||||||||||
14
|
Ade
meriana Putri
|
|||||||||||
15
|
Septiara
Barokah
|
|||||||||||
16
|
Aliya
|
|||||||||||
17
|
Putri
Rofelina
|
|||||||||||
18
|
A.Magfirah
Aulia
|
|||||||||||
19
|
Naila
Putri
|
|||||||||||
20
|
Rezki
Utami
|
|||||||||||
21
|
Nurhaliza
|
|||||||||||
22
|
Devri Meisya
luna
|
|||||||||||
23
|
Norfadel
|
|||||||||||
24
|
NurHidayat
|
|||||||||||
Jumlah
|
||||||||||||
Rata-rata
|
||||||||||||
Keterangan :
1. Aktif dalam mencari pasangan yang cocok dengan
kartunya
2.
Aktif dalam
mencocokkan kartu
3.
Aktif
berdiskusi dengan teman untuk memperoleh soal/jawaban dari kartu yang dipegang
4.
Dapat
mencocokkan kartu dengan benar dan tepat waktu
5.
Aktif bertanya
dalam kegiatan diskusi
6.
Aktif menjawab
pertanyaan dalam kegiatan diskusi
7.
Aktif membuat
kesimpulan
Nilai
Akhir (NA) = Skor Perolehan X 100
%
Skor
Maksimal
KATEGORI PENILAIAN
90-100 =SB = SANGAT BAIK, SKOR 4
70-89 = B=
BAIK, SKOR 3
60-69 = KB =
KURANG BAIK, SKOR 2
50-
59 = TB= TIDAK BAIK, SKOR 1
KRITERIA
PENILAIAN
NO
|
KATEGORI
|
SKOR
|
KRITERIA PENILAIAN
|
1
|
Tidak Baik
|
1
|
Tidak Aktif dalam mencari pasangan yang cocok dengan kartunya,tidak Dapat
mencocokkan kartu lebih awal,tidak Mendengarkan penjelasan guru, tidak Menulis
materi dari guru, tidak memberi
tanggapan pada saat proses pembelajaran, tidak Berani menjawab pertanyaan
guru, tidak Berani menjawab pertanyaan siswa, tidak Mengerjakan tugas tepat
waktu
|
2
|
Kurang baik
|
2
|
Kurang aktif dalam mencari pasangan yang cocok dengan kartunya, Kurangdalam
mencocokkan kartu lebih awal, Kurangmendengarkan penjelasan guru, Kurangmenulis
materi dari guru, Kurang memberi tanggapan pada saat proses pembelajaran,
kurang berani menjawab pertanyaan guru, kurang Berani menjawab pertanyaan
siswa, kurangmengerjakan tugas tepat waktu
|
3
|
Baik
|
3
|
Aktif dalam mencari pasangan yang cocok dengan kartunya, dapat mencocokkan
kartu lebih awal, dapat mendengarkan penjelasan guru, dapat menulis materi
dari guru, dapat memberi tanggapan pada saat proses pembelajaran,berani
menjawab pertanyaan guru, Berani menjawab pertanyaan siswa, dapatmengerjakan
tugas tepat waktu
|
4
|
Sangat baik
|
4
|
Sangat aktif dalam mencari pasangan yang cocok dengan kartunya, Sangat
baik dalam mencocokkan kartu lebih awal, Sangat baik dalam mendengarkan
penjelasan guru, Sangat baik dalam menulis materi dari guru, Sangat baik
dalam memberi tanggapan pada saat proses pembelajaran,sangat berani menjawab
pertanyaan guru, sangat berani menjawab pertanyaan siswa, sangat baik dalam mengerjakan
tugas tepat waktu
|